PEMBAHASAN
1.
Landasan Komunikasi[1]
Kata
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang berarti
sama. Sama disini maksudnya sama dalam hal pengertian dan pendapat antara
komunikator dan komunikan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata to
communicate, yang menurut Longman Dictionary of Contemporary English
definisi communicate adalah upaya untuk membuat pendapat,
menyatakan perasaan, menyampaikan inforamasi, dan sebagainya agar diketahui
orang lain. Komunikasi merupakan peristiwa social dan terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lainnya, yang terjadi dimana-mana tanpa mengenal
tempat dan waktu, atau dengan kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan
saja dan dimana saja”.
Pengertian Komunikasi menurut beberapa Ahli :
·
Effendy (1984) dalam
Prabowo (2001):
Istilah Komunikasi (bahasa
Inggris: Communication) berasal dari perkataan Latin “Communicatio”
dan bersumber dari kata “Communis”
yang berarti sama. “Sama” disini maksudnya adalah sama makna.
·
Edgar Dale (1969) dalam
Prabowo (2001) :
Komunikasi adalah saling
berbagi gagasan dan perasaan dalam suasana kebersamaan (The sharing of ideas
and feeling in a mood of mutuality).
·
Wilbur Schamm (1977) dalam
Prabowo (2001) :
Komunikasi bersangkutan
dengan segala cara dalam hal mana informasi dan gagasan saling dipertukarkan
dan dibagi bersama.
·
Prabowo (2001) :
Komunikasi adalah proses
saling berbagi informasi dan gagasan/perasaan yang berupa simbol/ lambang yang
mengandung arti/makna antar pihak sehingga menjadi milik bersama.
Pertama kalinya komunikasi disebut sebagai landasan dari teknologi
pendidikan atau teknologi pembelajaran di tahun 1970 sehingga menjadi dasar
pengembangan definisi teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran
berikutnya.[2]
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke
penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran yang ada
dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain, penulis
buku, ataupun produser media pembelajaran. Penerima pesannya adalah peserta
didik atau juga guru. [3]
Sering dijumpai suatu kegagalan dalam pembelajaran sebab lemahnya
sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi yang
efektif dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan komunikasi
yang transaksional ada hubungan timbal balik. Oleh karena itu, untuik mencapai
hasil belajar yang optimal dianjurkan agar pendidik membiasakan diri
menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi yaitu
komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan
peserta didik, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik
yang satu dengan peserta didik yang lainnya.[4]
2.
Unsur dan bentuk komunikasi
Menurut Laswell
komunikasi meliputi 5 unsur, yaitu[5] :
1. Komunikator (Communicator,
Source, Sender) adalah pihak yang mengirim-kan pesan kepada pihak lain.
2. Pesan (Message)
adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain
3. Media (Channel,
media) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan.
4. Kommunikan (Communicant,
Receiver, Recipient) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
5. Efek (Effect,
Impact, Influence) tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
Dua bentuk komunikasi, yaitu[6]
;
a.
Komunikasi verbal
Dalam komunikasi
verbal, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui apa yang
diucapkan dari mulut atau dikatakan, dan bagaimana mengatakannya.
b.
Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal
atau nonlisan ini menggunakan isyarat (gesture), gerak gerik (movement),
sesuatu barang, cara berpakaian atau sesuatu yang dapat menunjukan perasaan
(expression) pada waktu yang sangat penting.
3.
Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi[7]
Faktor faktor yang
mempengaruhi kelancaran berkomunikasi, antara lain :
a.
Faktor pengetahuan,
makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak perbendaharaan
kata yang dimiliki sehingga mempermudah berkomunikasi dengan lancar.
b.
Faktor pengalaman,
makin banyak pengalaman dimiliki seseorang menyebabkan terbiasa untuk
menghadapi sesuatu.
c.
Faktor intelegensi,
orang yang berintelegensi rendah biasanya kurang lancer dalam berbicara karena
kurang memiliki perbendaharaan kata dan bahasa yang baik.
d. Faktor kepribadian, orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang bergaul,
biasanya kurang lancer berbicara dibandingkan dengan orang yang pandai bergaul.
e. Faktor biologis, antara lain disebabkan karena gangguan organ organ
berbicara sehingga menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi.
A. Teori
Komunikasi Berlo (1960)
David K Berlo,
komunikasi S-M-C-R (sources, message, channel, receiver) model ini dianggap
pembaruan karena membawa implikasi dalam teknologi pembelajaran, yaitu
dimasukannya orang dan bahan sebagai sumber yang merupakan bagian
integral dari teknologi pembelajaran.[8]
Menurut teori
Berlo ini dalam suatu KBM, pengajar adalah pengirim pesan yaitu materi ajar.
Saluran digunakan untuk menyampaikan
pesan tersebut. Lalu peserta didik sebagai penerima pesan atau topik yang
disampaikan oleh pengajar. Sedangkan umpan balik adalah respon pendidik
terhadap pesan yang disampaikan oleh pengajar.[9]
Ada pula
gangguan yang sering dijumpai karena kegagalan dalam pembelajaran sebab
lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola
komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran.
Menurut teori
ini proses pembelajaran di kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan dan diharapkan pengajar mengembangkan
kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi serta memusatkan perhatian
siswa secara penuh sehingga dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, mengembangkan cara- cara belajar mandiri, berperan dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri.[10]
Teori Berlo mengandung beberapa kelemahan dimana tidak dibedakannya
antara sumber dan penerima karena peranan dapat berlangsung serentak dalam
suatu komunikasi, tidak berlangsung antara individu melainkan dalam suatu
realitas sosial, tidak ada awal dan akhir sepanjang manusia sadar akan diri dan
lingkungannya.[11]
B. Teori Wilbur
Schramm
Wilbur Schramm merupakan
penyempurnaan dari teori Shannon dan Weaver dengan menambah dua unsur baru
yaitu adanya lingkup pengalaman dan umpan balik.[12]Salah satu unsur yang dalam
proses komunikasi yang sangat menonjol peranannnya bagi Teknologi Pendidikan
adalah media. Schramm merupakan seorang ahli komunikasi yang paling
vocal dalam usahanya mengaplikasikan teori, model, dan hasil penelitian tentang
media ke dalam bidang pendidikan yang merupakan garapan Teknologi Pendidikan.[13]
Buku Schramm yang
terkenal adalah Big Media Little Media: Tools and Technology for Instruction
(1977). Sesuai dengan judul buku tersebut, Schramm membedakan media besar
yaitu yang kompleks dan mahal dan media kecil yang sederhana dengan biaya yang
relatif murah. Dalam bukunya ini, Schramm mengkaji informasi yang ada mengenai
pemilihan media untuk keperluan pembelajaran. Dia berusaha membuat generalisasi
dan teori yang berhubungan dengan pemilihan media berdasarkan hasil-hasil
eksperimen, bukti-bukti pedagogis, bukti-bukti ekonomis serta bukti-bukti dari
lapangan. Beberapa diantara kesimpulan yang dianjurkan Schramm adalah sebagai
berikut :
1. Orang dapat belajar dari media, namun hasil eksperimen belum cukup memberi
petunjuk tentang media apa yang paling efektif untuk terjadinya belajar dalam
situasi tertentu.
2. Penentuan media sebaiknya merupakan resultante dari analisis tugas
belajar, analisis media itu sendiri dan analisis pembedaan individual diantara
para pembelajar.
3. Kode iconic (gambar, diagram,
dll) sangat efektif untuk menarik minat.
4. Media interaktif tak tersaingi kemampuannya memberikan umpan balik selama
belajar, kecuali mungkin dengan komunikasi tatap muka.
5.
Proyek pembaruan
pendidikan nasional (dengan menggunakan media komunikasi) mampu membawa
perubahan penting, memperluas kesempatan belajar dan memberikan sumbangan dalam
peningkatan mutu pendidikan, asalkan sejak awal dapat diintegrasikan tidak
hanya dengan kebutuhan lokal melainkan juga dengan struktur kepemimpinan
setempat.
6.
Penggunaan media
pembelajaran sebagai suplemen pengajaran di kelas, akan efektif dan lebih mudah
diterima oleh guru kelas.
7.
Pengajaran jarak jauh
yang dilakukan dan didukung dengan media yang tepat dapat berlangsung dengan
baik.[14]
[2] Harjali, Teknologi
Pendidikan (Ponorogo: Stain PO, 2011), 80.
[3]Bambang
Warsito, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya
(Jakarta:Riveka Cipta, 2008), 128.
[4]Ibid.
[7]Ibid.
[9] Dewi Salma
Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group). 2008, 23.
[10]Harjali, 81-82.
[11]Ibid, 92- 94.
[14] Ibid.